A. Generalisasi
Generalisasi
adalah proses penalaran yang bertolak dari fenomena individual menuju
kesimpulan umum.
Contoh:
Tamara Bleszynski adalah bintang iklan,
dan ia berparas cantik.
Nia Ramadhani adalah bintang iklan, dan
ia berparas cantik.
Generalisasi: Semua bintang sinetron
berparas cantik.
Pernyataan
"semua bintang sinetron berparas cantik" hanya memiliki kebenaran
probabilitas karena belum pernah diselidiki kebenarannya.
Contoh kesalahannya:
Omas juga bintang iklan, tetapi
tidak berparas cantik.
Macam-macam
generalisasi
1. Generalisasi
sempurna
Adalah
generalisasi dimana seluruh fenomena yang menjadi dasar penyimpulan diselidiki.
Contoh: sensus penduduk
2. Generalisasi
tidak sempurna
Adalah
generalisasi dimana kesimpulan diambil dari sebagian fenomena yang diselidiki
diterapkan juga untuk semua fenomena yang belum diselidiki.
Contoh: Hampir seluruh pria dewasa
di Indonesia senang memakai celana pantalon.
Prosedur pengujian
generalisasi tidak sempurna
Generalisasi
yang tidak sempurna juga dapat menghasilkan kebenaran apabila melalui prosedur
pengujian yang benar. Prosedur pengujian atas generalisasi tersebut adalah:
a. Jumlah
sampel yang diteliti terwakili.
b.
Sampel harus bervariasi.
c. Mempertimbangkan
hal-hal yang menyimpang dari fenomena umum/ tidak umum
Hipotesis
Hipotesis atau hipotesa adalah
jawaban sementara terhadap masalah yang masih bersifat praduga karena masih
harus dibuktikan kebenarannya. Hipotesis
ilmiah mencoba mengutarakan jawaban sementara terhadap masalah yang
kan diteliti. Hipotesis menjadi teruji apabila semua gejala yang timbul
tidak bertentangan dengan hipotesis tersebut. Dalam upaya pembuktian hipotesis, peneliti dapat
saja dengan sengaja menimbulkan atau menciptakan suatu gejala. Kesengajaan
ini disebut percobaan atau eksperimen. Hipotesis
yang telah teruji kebenarannya disebut teori.
Contoh:
Apabila
terlihat awan hitam dan langit menjadi pekat, maka seseorang dapat saja
menyimpulkan (menduga-duga) berdasarkan pengalamannya bahwa
(karena langit mendung, maka...) sebentar lagi hujan akan turun. Apabila
ternyata beberapa saat kemudia hujan benar turun, maka dugaan terbukti benar.
Secara ilmiah, dugaan ini disebut hipotesis. Namun apabila ternyata tidak turun
hujan, maka hipotesisnya dinyatakan keliru.
Hipotesis merupakan elemen penting dalam
penelitian ilmiah, khususnya penelitian kuantitatif. Terdapat tiga alasan utama
yang mendukung pandangan ini, di antaranya:
1. Hipotesis
dapat dikatakan sebagai piranti kerja teori. Hipotesis ini dapat dilihat dari
teori yang digunakan untuk menjelaskan permasalahan yang akan diteliti.
Misalnya, sebab dan akibat dari konflik dapat dijelaskan melalui teori mengenai
konflik.
2.
Hipotesis dapat diuji dan ditunjukkan
kemungkinan benar atau tidak benar atau di falsifikasi.
3. Hipotesis
adalah alat yang besar dayanya untuk memajukan pengetahuan karena membuat
ilmuwan dapat keluar dari dirinya sendiri. Artinya, hipotesis disusun dan diuji
untuk menunjukkan benar atau salahnya dengan cara terbebas dari nilai dan
pendapat peneliti yang menyusun dan mengujinya.
Hipotesis dalam
penelitian
Walaupun hipotesis penting sebagai arah
dan pedoman kerja dalam penelitian, tidak semua penelitian mutlak harus
memiliki hipotesis. Penggunaan hipotesis dalam suatu penelitian didasarkan pada
masalah atau tujuan penelitian. Dalam masalah atau tujuan penelitian tampak
apakah penelitian menggunakan hipotesis atau tidak. Contohnya yaitu Penelitian
eksplorasi yang tujuannya untuk menggali dan mengumpulkan sebanyak mungkin data
atau informasi tidak menggunakan hipotesis. Hal ini sama dengan penelitian
deskriptif, ada yang berpendapat tidak menggunakan hipotesis sebab hanya
membuat deskripsi atau mengukur secara cermat tentang fenomena yang diteliti,
tetapi ada juga yang menganggap penelitian deskriptif dapat menggunakan
hipotesis. Sedangkan, dalam penelitian penjelasan yang bertujuan menjelaskan
hubungan antar-variabel adalah keharusan untuk menggunakan hipotesis.
Fungsi
penting hipotesis di dalam penelitian, yaitu:
1. Untuk
menguji teori,
2.
Mendorong munculnya teori,
3.
Menerangkan fenomena sosial,
4.
Sebagai pedoman untuk mengarahkan
penelitian,
5. Memberikan
kerangka untuk menyusun kesimpulan yang akan dihasilkan.
Karakteristik
Satu hipotesis dapat diuji apabila
hipotesis tersebut dirumuskan dengan benar. Kegagalan merumuskan hipotesis akan
mengaburkan hasil penelitian. Meskipun hipotesis telah memenuhi syarat secara
proporsional, jika hipotesis tersebut masih abstrak bukan saja membingungkan
prosedur penelitian, melainkan juga sukar diuji secara nyata.
Untuk dapat memformulasikan hipotesis
yang baik dan benar, sedikitnya harus memiliki beberapa ciri-ciri pokok, yakni:
1. Hipotesis
diturunkan dari suatu teori yang disusun untuk menjelaskan masalah dan
dinyatakan dalam proposisi-proposisi. Oleh sebab itu, hipotesis merupakan jawaban
atau dugaan sementara atas masalah yang dirumuskan atau searah dengan tujuan
penelitian.
2.
Hipotesis harus dinyatakan secara jelas,
dalam istilah yang benar dan secara operasional. Aturan untuk, menguji satu
hipotesis secara empiris adalah harus mendefinisikan secara operasional semua
variabel dalam hipotesis dan diketahui secara pasti variabel independen dan
variabel dependen.
3.
Hipotesis menyatakan variasi nilai
sehingga dapat diukur secara empiris dan memberikan gambaran mengenai fenomena
yang diteliti. Untuk hipotesis deskriptif berarti hipotesis secara jelas
menyatakan kondisi, ukuran, atau distribusi suatu variabel atau fenomenanya
yang dinyatakan dalam nilai-nilai yang mempunyai makna.
4.
Hipotesis harus bebas nilai. Artinya
nilai-nilai yang dimiliki peneliti dan preferensi subyektivitas tidak memiliki
tempat di dalam pendekatan ilmiah seperti halnya dalam hipotesis.
5.
Hipotesis harus dapat diuji. Untuk itu,
instrumen harus ada (atau dapat dikembangkan) yang akan menggambarkan ukuran
yang valid dari variabel yang diliputi. Kemudian, hipotesis dapat diuji dengan
metode yang tersedia yang dapat digunakan untuk mengujinya sebab peneliti dapat
merumuskan hipotesis yang bersih, bebas nilai, dan spesifik, serta menemukan
bahwa tidak ada metode penelitian untuk mengujinya. Oleh sebab itu, evaluasi
hipotesis bergantung pada eksistensi metode-metode untuk mengujinya, baik
metode pengamatan, pengumpulan data, analisis data, maupun generalisasi.
6.
Hipotesis harus spesifik. Hipotesis
harus bersifat spesifik yang menunjuk kenyataan sebenarnya. Peneliti harus
bersifat spesifik yang menunjuk kenyataan yang sebenarnya. Peneliti harus
memiliki hubungan eksplisit yang diharapkan di antara variabel dalam istilah
arah (seperti, positif dan negatif). Satu hipotesis menyatakan bahwa X
berhubungan dengan Y adalah sangat umum. Hubungan antara X dan Y dapat positif
atau negatif. Selanjutnya, hubungan tidak bebas dari waktu, ruang, atau unit
analisis yang jelas. Jadi, hipotesis akan menekankan hubungan yang diharapkan
di antara variabel, sebagaimana kondisi di bawah hubungan yang diharapkan untuk
dijelaskan. Sehubungan dengan hal tersebut, teori menjadi penting secara khusus
dalam pembentukan hipotesis yang dapat diteliti karena dalam teori dijelaskan
arah hubungan antara variabel yang akan dihipotesiskan.
7. Hipotesis
harus menyatakan perbedaan atau hubungan antar-variabel. Satu hipotesis yang
memuaskan adalah salah satu hubungan yang diharapkan di antara variabel dibuat
secara eksplisit.
Tahap-tahap pembentukan
hipotesa pada umumnya sebagai berikut:
1. Penentuan
masalah.
Dasar
penalaran ilmiah ialah kekayaan pengetahuan ilmiah yang biasanya timbul karena
sesuatu keadaan atau peristiwa yang terlihat tidak atau tidak dapat diterangkan
berdasarkan hukum atau teori atau dalil-dalil ilmu yang sudah diketahui. Dasar
penalaran pun sebaiknya dikerjakan dengan sadar dengan perumusan yang tepat.
Dalam proses penalaran ilmiah tersebut, penentuan masalah mendapat bentuk
perumusan masalah.
2. Hipotesis
pendahuluan atau hipotesis preliminer (preliminary hypothesis).
Dugaan
atau anggapan sementara yang menjadi pangkal bertolak dari semua kegiatan. Ini
digunakan juga dalam penalaran ilmiah. Tanpa hipotesa preliminer, pengamatan
tidak akan terarah. Fakta yang terkumpul mungkin tidak akan dapat digunakan
untuk menyimpulkan suatu konklusi, karena tidak relevan dengan masalah yang
dihadapi. Karena tidak dirumuskan secara eksplisit, dalam penelitian, hipotesis
priliminer dianggap bukan hipotesis keseluruhan penelitian, namun merupakan
sebuah hipotesis yang hanya digunakan untuk melakukan uji coba sebelum penelitian
sebenarnya dilaksanakan.
3. Pengumpulan
fakta.
Dalam
penalaran ilmiah, di antara jumlah fakta yang besarnya tak terbatas itu hanya
dipilih fakta-fakta yang relevan dengan hipotesa preliminer yang perumusannya
didasarkan pada ketelitian dan ketepatan memilih fakta.
4. Formulasi
hipotesa.
Pembentukan
hipotesa dapat melalui ilham atau intuisi, dimana logika tidak dapat berkata apa-apa
tentang hal ini. Hipotesa diciptakan saat terdapat hubungan tertentu di antara
sejumlah fakta. Sebagai contoh sebuah anekdot yang jelas menggambarkan sifat
penemuan dari hipotesa, diceritakan bahwa sebuah apel jatuh dari pohon ketika
Newton tidur di bawahnya dan teringat olehnya bahwa semua benda pasti jatuh dan
seketika itu pula dilihat hipotesanya, yang dikenal dengan hukum gravitasi.
5. Pengujian
hipotesa
Artinya,
mencocokkan hipotesa dengan keadaan yang dapat diamati dalam istilah ilmiah hal
ini disebut verifikasi (pembenaran). Apabila hipotesa terbukti cocok dengan fakta
maka disebut konfirmasi. Falsifikasi (penyalahan) terjadi jika usaha menemukan
fakta dalam pengujian hipotesa tidak sesuai dengan hipotesa. Bilamana usaha itu
tidak berhasil, maka hipotesa tidak terbantah oleh fakta yang dinamakan
koroborasi (corroboration). Hipotesa yang sering mendapat konfirmasi atau koroborasi
dapat disebut teori.
6. Aplikasi/penerapan.
Apabila
hipotesa itu benar dan dapat diadakan menjadi ramalan (dalam istilah ilmiah
disebut prediksi), dan ramalan itu harus terbukti cocok dengan fakta. Kemudian
harus dapat diverifikasikan/koroborasikan dengan fakta.
Teori
Teori
adalah suatu set dari hubungan antar konstruk, konsep, definisi/batasan, dan
preposisi yang menyajikan suatu pandangan sistematis tentang fenomena dengan
merinci hubungan-hubungan antar variabel, dengan tujuan menjelaskan dan
memprediksi fenomena tersebut.
Secara sederhana, teori adalah suatu
pemikiran, penelaahan, bisa juga penelitian, yang telah diakui kebenarannya
secara ilmiah
Fungsi Teori
1. Menjelaskan
hakikat dan makna dari sesuatu yang diteliti
Misalnya:
jika penelitian yang dikaji adalah motivasi, maka untuk mengetahui dan
menjelaskan tentang motivasi tersebut dapat dilihat melalui teori
2. Menjelaskan
hubungan sesuatu yang diteliti dengan hal lainnya.
Misalnya: menjelaskan hubungan motivasi
dengan prestasi kerja
3. Landasan
untuk menyusun hipotesis penelitian.
Misalnya:
Teori menyatakan bahwa motivasi berpengaruh terhadap prestasi kerja. Maka
hipotesisnya adalah ”ada pengaruh motivasi terhadap prestasi kerja”, bunyi
hipotesis ini sama seperti apa yang dinyatakan teori tersebut
4. Dasar
untuk menyusun instrumen penelitian (misalnya angket)
Misalnya: Teori menyatakan bahwa seseorang memiliki
motivasi kerja yang tinggi atau rendah bisa dilihat dari: semangat untuk
bekerja keras, punya cita-cita, selalu ingin untuk maju, dsb. Maka ciri-ciri
tersebut dapat digunakan untuk menyusun angket penelitian.
5. Acuan
untuk membahas hasil penelitian
Misalnya: Misalnya dari hasil penelitian yang telah
dilakukan (bab IV skripsi) diperoleh hasil bahwa ada pengaruh motivasi terhadap
kinerja, maka untuk membahas hasil penelitian ini, kita bisa mengkaitkannya
dengan teori (bab II skripsi)
Sumber
Teori
-
Buku teks (text book)
-
Jurnal (terbitan hasil penelitian
ilmiah)
-
Proseding (kumpulan makalah seminar
ilmiah
Hubungan hipotesis dan
teori
Hipotesis ini merupakan suatu jenis
proposisi yang dirumuskan sebagai jawaban tentatif atas suatu masalah dan kemudian
diuji secara empiris. Sebagai suatu jenis proposisi, umumnya hipotesis
menyatakan hubungan antara dua atau lebih variabel yang di dalamnya
pernyataan-pernyataan hubungan tersebut telah diformulasikan dalam kerangka
teoritis. Hipotesis ini, diturunkan, atau bersumber dari teori dan tinjauan
literatur yang berhubungan dengan masalah yang akan diteliti. Pernyataan
hubungan antara variabel, sebagaimana dirumuskan dalam hipotesis, merupakan
hanya merupakan dugaan sementara atas suatu masalah yang didasarkan pada
hubungan yang telah dijelaskan dalam kerangka teori yang digunakan untuk menjelaskan
masalah penelitian. Sebab, teori yang tepat akan menghasilkan hipotesis yang
tepat untuk digunakan sebagai jawaban sementara atas masalah yang diteliti atau
dipelajari dalam penelitian. Dalam penelitian kuantitatif peneliti menguji
suatu teori. Untuk meguji teori tersebut, peneliti menguji hipotesis yang
diturunkan dari teori.
Agar teori yang digunakan sebagai dasar
penyusunan hipotesis dapat diamati dan diukur dalam kenyataan sebenarnya, teori
tersebut harus dijabarkan ke dalam bentuk yang nyata yang dapat diamati dan
diukur. Cara yang umum digunakan ialah melalui proses operasionalisasi, yaitu
menurunkan tingkat keabstrakan suatu teori menjadi tingkat yang lebih konkret
yang menunjuk fenomena empiris atau ke dalam bentuk proposisi yang dapat
diamati atau dapat diukur. Proposisi yang dapat diukur atau diamati adalah
proposisi yang menyatakan hubungan antar-variabel. Proposisi seperti inilah yang
disebut sebagai hipotesis.
Jika teori merupakan pernyataan yang
menunjukkan hubungan antar-konsep (pada tingkat abstrak atau teoritis),
hipotesis merupakan pernyataan yang menunjukkan hubungan antar-variabel (dalam
tingkat yang konkret atau empiris). Hipotesis menghubungkan teori dengan
realitas sehingga melalui hipotesis dimungkinkan dilakukan pengujian atas teori
dan bahkan membantu pelaksanaan pengumpulan data yang diperlukan untuk menjawab
permasalahan penelitian. Oleh sebab itu, hipotesis sering disebut sebagai
pernyataan tentang teori dalam bentuk yang dapat diuji (statement of theory in
testable form), atau kadang-kadanag hipotesis didefinisikan sebagai pernyataan
tentatif tentang realitas (tentative statements about reality).
Oleh karena teori berhubungan dengan
hipotesis, merumuskan hipotesis akan sulit jika tidak memiliki kerangka teori
yang menjelaskan fenomena yang diteliti, tidak mengembangkan proposisi yang
tegas tentang masalah penelitian, atau tidak memiliki kemampuan untuk
menggunakan teori yang ada. Kemudian, karena dasar penyusunan hipotesis yang
reliabel dan dapat diuji adalah teori, tingkat ketepatan hipotesis dalam
menduga, menjelaskan, memprediksi suatu fenomena atau peristiwa atau hubungan
antara fenomena yang ditentukan oleh tingkat ketepatan atau kebenaran teori
yang digunakan dan yang disusun dalam kerangka teoritis. Jadi, sumber hipotesis
adalah teori sebagaimana disusun dalam kerangka teoritis. Karena itu,
baik-buruknya suatu hipotesis bergantung pada keadaan relatif dari teori
penelitian mengenai suatu fenomena sosial disebut hipotesis penelitian atau
hipotesis kerja. Dengan kata lain, meskipun lebih sering terjadi bahwa
penelitian berlangsung dari teori ke hipotesis (penelitian deduktif),
kadang-kadang sebaliknya yang terjadi.
Analogi
Paragraf
analogi adalah penalaran dengan cara membandingkan dua hal yang banyak mengandung
persamaan. Dengan kesamaan tersebut dapatlah ditarik kesimpulannya. Paragraf
analogi ini merupakan bagian paragraf induktif.
Berikut ini contoh-contoh paragraf analogi:
Contoh 1
Perubahan alam semesta yang mengembang dapat dijelaskan dan disimpulkan dari apa yang terjadi pada balon karet yang dikembungkan. Sebelumnya, balon karet itu diwarnai. Ketika dikembungkan, warna pada balon karet itu ikut mengembang. Semakin besar balon itu mengembang, semakin pudar warnanya. Warna itu memudar karena warna makin berkurang dan mengembang. Cahaya bintang-bintang di angkasa juga semakin berkurang intensitasnya. Para ahli menyimpulkan bahwa bintang-bintang itu makin menjauh dari kita dan alam semesta pun mengembang.
Contoh 2
Seorang anak yang baru lahir masih suci. Baik buruknya anak tersebut kelak antara lain bergantung pada bagaimana cara oran tua mendidiknya, pengaruh orang-orang terdekat dan lingkungannya. Demikian pula kertas putih yang belum bernoda, akan menjadi apa kertas tersebut tergantung pada apa yang akan kita goreskan pada kertas putih tersebut.
Berikut ini contoh-contoh paragraf analogi:
Contoh 1
Perubahan alam semesta yang mengembang dapat dijelaskan dan disimpulkan dari apa yang terjadi pada balon karet yang dikembungkan. Sebelumnya, balon karet itu diwarnai. Ketika dikembungkan, warna pada balon karet itu ikut mengembang. Semakin besar balon itu mengembang, semakin pudar warnanya. Warna itu memudar karena warna makin berkurang dan mengembang. Cahaya bintang-bintang di angkasa juga semakin berkurang intensitasnya. Para ahli menyimpulkan bahwa bintang-bintang itu makin menjauh dari kita dan alam semesta pun mengembang.
Contoh 2
Seorang anak yang baru lahir masih suci. Baik buruknya anak tersebut kelak antara lain bergantung pada bagaimana cara oran tua mendidiknya, pengaruh orang-orang terdekat dan lingkungannya. Demikian pula kertas putih yang belum bernoda, akan menjadi apa kertas tersebut tergantung pada apa yang akan kita goreskan pada kertas putih tersebut.
Hubungan Kausal
Hubungan sebab akibat/hubungan kausal
ialah hubungan keterkaitan atau ketergantungan dari dua realitas, konsep,
gagaasan, ide, atau permasalahan. Suatu kegiatan tidak dapat mengalami suatu
akibat tanpa disertai sebab, atau sebaliknya suatu kegiatan tidak dapat
menunjukkan suatu sebab bila belum mengalami akibat.
Contoh
hubungan kausal :
Kuberikan
sedikit uang disakuku untuk membeli obat, ia menatap wajahku.. Menitikkan air
mata lagi.. Ia menangis karena senang mendapatkan uang untuk membeli obat dan
makanan untuk adik dan ibunya dirumah.
Beberapa
hari kemudian, aku bertemu dengan anak itu bersama ibunya di pasar. Mereka
menghampiriku,, memberiku sedikit makanan kecil sebagai ungkapan terima kasih
padaku karena telah membantu anak itu beberapa hari yang lalu.
Pengertian
lain :
Hubungan kausal (kausalitas) merupakan
perinsip sebab-akibat yang dharuri dan pasti antara segala
kejadian, serta bahwa setiap kejadian memperoleh kepastian dan keharusan serta
kekhususan-kekhususan eksistensinya dari sesuatu atau berbagai hal lainnya yang
mendahuluinya, merupakan hal-hal yang diterima tanpa ragu dan tidak memerlukan
sanggahan. Keharusan dan keaslian sistem kausal merupakan bagian dari ilmu-ilmu
manusia yang telah dikenal bersama dan tidak diliputi keraguan apapun.
Induksi Dalam Metode
Eksposisi
Pengertian
: salah satu jenis pengembangan paragraf dalam penulisan yang dimana isinya
ditulis dengan tujuan untuk menjelaskan atau memberikan pengertian dengan gaya
penulisan yang singkat, akurat, dan padat.
Contoh
:
Mulai
tanggal 2 april 1975 harga berbagai jenis minyak bumi dalam negeri naik. Minyak
tanah, premium, solar, diesel, minyak pelumas, dan lain-lainnya dinaikan
harganya, karena pemerintah ingin mengurangi subsidinya, dengan harapan supaya
ekonomi Indonesia makin wajar. Karena harga bahan baker naik, sudah barang
tentu biaya angkutanpun akan naik pula. Jika biaya angkutan naik, harga barang
pasti akan ikut naik, karena biaya tambahan untuk transport harus
diperhitungkan. Naiknya harga barang akan terasa berat untuk rakyat. Oleh
karena itu, kenaikan harga barang dan jasa harus diimbangi dengan usaha
menaikan pendapatan rakyat.
Pertanyaan
:
- Proses penalaran yang bertolak
dari fenomena individual menuju kesimpulan umum adalah pengertian dari…
a.
Hipotesis c. generalisasi*
b.
Eksposisi d. analogi
- Berikut adalah prosedur pengujian
generalisasi tidak sempurna, kecuali…
a. Seluruh fenomena menjadi dasar
penyimpulan*
b. Jumlah
sampel yang diteliti terwakili
c. Sampel
harus bervariasi
d. Mempertimbangkan
hal-hal yang menyimpang dari fenomena umum/ tidak umum
3.
Hipotesis adalah…
a. suatu pemikiran,
penelaahan, bisa juga penelitian, yang telah diakui kebenarannya secara ilmiah
b. jawaban sementara terhadap masalah yang masih bersifat praduga karena
masih harus dibuktikan kebenarannya*
c. penalaran dengan
cara membandingkan dua hal yang banyak mengandung persamaan
d. keterkaitan atau
ketergantungan dari dua realitas, konsep, gagaasan, ide, atau permasalahan
4.
Menjelaskan hubungan sesuatu yang
diteliti dengan hal lainnya, merupakan salah satu dari…..teori
a. ciri-ciri c.
tujuan
b. karakteristik d. fungsi*
5. Salah satu jenis pengembangan paragraf
dalam penulisan yang dimana isinya ditulis dengan tujuan untuk menjelaskan atau
memberikan pengertian dengan gaya penulisan yang singkat, akurat, dan padat
merupakan pengertian dari…
a.
Induksi
dalam metode eksposisi*
b.
Hubungan hipotesis dengan teori
c.
Hubungan kausal
d.
Deduksi dalam metode eksposisi
Sumber
:
azuarjuliandi.com/usu/3teoridanhipotesis.pdf
http://andriksupriadi.wordpress.com/2010/04/03/hubungan-kausal/
http://meinzet.blogspot.com/
Wikipedia.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar