viewers

Senin, 25 Oktober 2010

HUKUM YANG MUDAH DIPERJUAL BELIKAN DI INDONESIA




                Indonesia adalah sebuah Negara yang berbasis hukum, yang berdasarkan UUD ’45 dan Pancasila. Di Pancasila pun tertulis dengan jelas bahwa ”keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia”. Yang berarti bahwa seluruh warga negara itu sama posisinya di mata hukum. Baik rakyat  jelata dan pejabat pemerintahan. Sama sekali tidak ada pengecualian. Tapi saat ini, hukum di Indonesia sudah tdak adil lagi.
                Hukum di Indonesia sekarang sudah milik “orang-orang berduit”, tidak akan ada lagi keadilan. Rakyat kecil yang sudah tertindas oleh keadaan himpitan hidup, makin tertindas oleh ketidak adilan hukum yang berlaku di Negara kita tercinta ini. Peran sang RI 1 sebagai pucuk pemegang kendali Negara seolah-olah tidak ada artinya. Sang RI 1 seperti “tutup mata” dari ketidak adilan hukum yang terjadi di Negara yang di pimpinnya.
               Sebagai contoh pada kasus yang baru-baru ini terjadi, ada seorang nenek yang dipenjara 3 bulan karena memungut beberapa biji buah cocoa. Sang nenek yang sudah renta mendapat perlakuan yang sangat tidak layak. Yang harus merasakan sakitnya duduk di kursi pesakitan. Yang harus berjalan kaki dari rumah ke pengadilannya.  Sedangkan di Jakarta sedang heboh kasus yang menyeret nama-nama penting di pemerintahan. Yang sudah jelas-jelas bersalah, tapi mendapat perlakuan istimewa dari kepolisian, mendapat fasilitas antar-jemput dari rumah ke pengadilan. Dan berbagai perlakuan khusus lainnya.
               Kasus di atas dapat sedikit menggambarkan masalah-masalah ketimpangan perlakuan hukum yang terjadi di Indonesia kita tercinta ini. Hukum yang menganut system “yang berduit, yang berkuasa”, yang sangat bertolak belakang dengan dasar Negara tercinta ini. Kejadian yang sangat tidak mencerminkan “keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia”. Kejadian yang menggambarkan bahwa “hukum di Indonesia dapat di beli”. Sebuah pertanyaan pun muncul, “dibawa kemanakah dasar-dasar hukum Negara ini??”.


http://aiyudewi.blogspot.com/2010/10/hukum-yang-mudah-diperjual-belikan-di.html

Rabu, 20 Oktober 2010

Waspada. . . kriminalitas Ibukota kian canggih dan merajalela




Tingginya angka kriminalitas di DKI Jakarta disebabkan banyak faktor. Pertama, mengenai waktu. Kriminalitas bisa meningkat saat mendekati lebaran atau hari besar keagamaan lainnya. Apalagi pada saat musim masuk sekolah dan kenaikan harga.
Pada momen tersebut, banyak orang butuh uang untuk memenuhi kebutuhannya. Ketika tidak memiliki dana dan tak memiliki pilihan mendapatkan dana, saat itulah tindakan kriminalitas muncul tanpa berpikir panjang lagi.
Tingginya angka pengangguran ikut juga menyumbang angka kriminalitas di DKI Jakarta. Contohnya saat di busway, menurut saya perlu antisipasi karena dalam busway terkadang pelecehan seksual terjadi. Saat ini telah terjadi pergeseran etika dalam dunia kejahatan. Pembunuhan dan perampokan dijadikan cara ampuh untuk mencapai suatu tujuan. Orang-orang makin individualis, rasa persatuan dan kesatuan makin menurun. Itulah yang menyebabkan kriminalitas semakin merajalela di Ibukota ini.
Kondisi ini harus mendapat perhatian dari semua pihak. Kalau tekanan yang dihadapi makin kuat, biasanya orang berpikir sempit dan memilih jalan kekerasan sebagai solusi. Polisi juga bakal menghadapi modus kejahatan yang makin canggih seiring dengan pesatnya kemajuan teknologi 


http://aiyudewi.blogspot.com/2010/10/waspada-kriminalitas-ibukota-kian.html

Banjir lagi…. Banjir lagi….





 Itulah yang saat ini sering kita jumpai khususnya di Ibukota tercinta. Mulai dari sekolah, puskesmas, kantor, bahkan bandara juga ikut tergenang air. Ini merupakan masalah serius yang tidak dapat diselesaikan hanya dengan tulisan dan poster “JAGALAH KEBERSIHAN”.
Sangat disayangkan potret Jakarta saat ini sangat berbeda dengan yang dulu, dimana sampah berserakan, polusi  dan kemacetan dimana-mana. Itu semua merupakan dampak negatif dari perilaku manusia. Contohnya, dengan tidak tertibnya berkendara akhirnya kecelakaan yang menyebabkan kemacetan dan merugikan banyak pihak.
Lalu manusia dengan sesuka hatinya menebang pohon secara besar-besaran tanpa memikirkan akibat dimasa yang akan datang demi memperkaya diri sendiri, akhirnya terjadilah banjir, tanah longsor, kebakaran hutan, bahkan  global warming yang sangat merugikan banyak pihak. Tidak hanya sampai disitu, kita sebagai manusia seringkali lalai dalam hal kecil seperti membuang puntung rokok atau sampah lainnya yang lama kelamaan secara tidak disadari menjadi kebiasaan buruk dan diikuti/ditiru oleh anak cucu kita, sehingga dapat menyebabkan banjir yang merugikan bagi semua kalangan khususnya diri kita sendiri.
Oleh karena itu hendaknya kita awali dari diri kita sendiri untuk lebih menghargai alam ciptaanNYA, dengan menjaga dan melestarikan lingkungan dimana tempat kita tinggal dan beraktifitas. Dengan demikian, secara tidak langsung kita membantu program pemerintah bahkan dunia dalam hal menjaga dan melestarikan lingkungan yang sudah cukup memprihatinkan ini.